Sunday, August 11, 2024

Kesederhanaan Rasulullah

Hidup di zaman modern ini bagi sebagian orang mungkin kehidupan yang keras. Karena dengan sistem yang kita miliki sekarang, maka orang yang tidak mempunyai penghasilan yang cukup. Akan sulit untuk memenuhi kehidupannya. Sistem kita sekarang ini bergantung sepenuhnya kepada uang. Barang siapa yang mempunyai uang, maka hidup akan mudah baginya. Bagi yang tidak punya uang, hidup akan sulit baginya.

Mari sejenak kembali kepada tauladan kita, Nabi Muhammad shallallhu 'alaohi wa sallam. Bagaimana kehidupana beliau sehari-hari. Bagaimana pandangan beliau terhadap uang dan harta dunia. Ternyata, setelah kita belajar dari sirah beliau. Beliau sama sekali tidak memprioritaskan kekayaan dalam hidupnya. Hidup beliau sederhana. Tidak banyak mengumpulkan dunia. Kalau beliau dikarunia rezeki, akan beliau bagikan kepada orang yang lebih membutuhkan.

Pertanyaannya sekarang, bisakah kita meniru cara hidup Nabi? Apakah pilihan hidup Nabi, adalah pilihan hidup yang bisa kita tiru? Terutama di zaman modern, yang hampir saja sebagian orang mempertuhannkan uang. 

Jawabannya adalah bisa. Beliau walaupun hidup sederhana. Tetapi dari sirahnya, kita tahu beliau bekerja. Beliau pernah bekerja menjadi penggembala kambing dengan upah yang sangat murah. Dan pernah juga menjadi pedagang yang sukses saat membawa barang dagangan Khadijah ke negeri syam.

Maka disini kita lihat beliau juga bekerja untuk memenuhi kehidupan sehari-hari beliau. Artinya kita sebagai ummatnya yang bekerja untuk memenuhi kebutuhan pribadi dan kebutuhan keluarga, telah mengikuti sunnah Nabi. Dan insy Allah akan berpahala kalau kita niatkan agar kita hidup berkecukupan dan agar tidak meminta-minta kepada orang lain. Maka sampai disini, kita sepakat bekerja adalah sunnah Nabi.

Sekarang kita lanjutkan ke pembahasan berikutnya, sejauh mana kita harus bekerja. Apakah kita harus bekerja untuk  menjadi orang kaya raya dan hidup dalam penuh kemewahan? Atau kita hidup miskin dengan pemuh keprihatinan. Jawabannya adalah berada di tengah antara sangat kaya atau sangat miskin. Artinya bagaimana? yang penting kita hidup berkecukupan dan mampu memenuhi kebutuhan sehari-hari. Tidak harus mengumpulkan harta sebanyak banyaknya sehingga mengorbankan segalanya, termasuk waktu kita bersama keluarga. Juga tidak hidup dalam kemiskinan yang akan membuat kita tidak bisa hidup dengan nyaman dan mulia di era modern ini.

Ya, hidup cukup adalah sesuatu yang menyenangkan. Bersyukur dengan pemberian dan nikmat Allah. Berpenghasilan yang halal. Tidak mencuri dan menerima pembagian dari Allah. Namun, mungkin juga ada yang bertanya, banyak orang mungkin bisa memenuhi kebutuhan dasarnya. Seperti makanan, pakaian dan rumah. Namun sekarang, ada sistem pendidikan yang mengharuskan orang tua merogoh kocek yang lebih untuk dana pendidikan anaknya. Insya Allah hal ini akan kita bahas pada tulisan selanjutnya. 

Semoga kita semua diberikan rezeki yang cukup olej Allah. Dan mampu menyeombangkan antara kehidupan dunoawoli dan ukhrawi. Aminnn

Thursday, August 8, 2024

Ujian sebagai bentuk kasih sayang Allah

 Apabila Allah cinta kepada seorang hamba, maka Allah akan mengujinya. Mungkin andabpernah mendengar hal ini.  Pernyataan tersebut kalau kita coba renungkan memang benar adanya. Tidak pernah ada seorang yang sangat dicintai oleh Allah, kecuali Allah mengujinya. 

Nabi Ibrahim yang bergelar khalilullah atau skekasih Allah diuji dengan perintah menyembelih anaknya. Padahal anak tersebut adalah anak kesayangannya, yaitu Ismail. Maka disini kita melihat bahwa Allah menguji Nabi Ibrahim. Apakah akan patuh terhadap perintah Allah. Atau melanggarnya. Tapi kita lihat Nabi Ibrahim memilih untuk patuh terhadap pwrintah Allah. Maka julukan khalilullah memang pantas untuk beliau.

Nabi muhammad, khairul anbiya' wal mursalin, kalau kita cermati melalu sirah beliau, betapa banyak ujian yang beliau dapati ketika mengemban amanah risalah Islam. Didustakan kaumnya, yang kemudian diikuti dengan penganiaan fisik. Leher beliau pernah dicekik dengan kain kasar sampai membekas. Istri beliau ditudah berzina ( sayyidah 'aisya). Beliau dilempari batu ketika berdakwah ke thaif. Serta ujian-ujian yang banyak sekali. 

Inilah sunnatullah, bahwa setiap orang akan mendapatkan ujian masing-masing dari Allah. Ada yang diuji dari kesehatannya, keluarganya, tetangganya, 

Tuesday, August 6, 2024

Cobaan itu menguatkan

 Seperti orang yang harus diberi vaksin agar tubuh menjadi kebal terhadap penyakit. Begitupun juga manusia akan diberikan ujian agar dia bisa mengarungi kehidupan di dunia yang penuh lika liku ini dengan kehidupan yang bermakna dan husnul khatimah. 

Cobaan itu tamparan kasih sayang Allah. Sebagai hamba yang beriman kepapa Allah. Ujian bisa kita maknai dengan tiga hal.

Pertama, ujian adalah bentuk peringatan dari Allah kepada manusia ketika banyak melakukan maksiat di dunia ini. Hamba yang masih mendapatkan perlindungan dari Allah. Akan diberi cobaan atas semua kesalahan-kesalahan yang telah dia perbuat. Agar dia sadar dan segera kembali bertaubat kepada Allah. 

Manusia yang ketika mendapatkan musibah atas dosa-dosa dan kesalahan -kesalahan yang dia lakukan, kemudian dia sadar dan segera bertaubat kepada Allah. Maka, dia termasuk orang yang beruntung. Karena bisa berubah dari kejelekan menuju kebaikan. Sungguh dia orang yang beruntung.

Namun, ada juga manusia yang diulur oleh Allah (istidraj). Walaupun banyak melakukan maksiat dan keaalahan. Nikmat masih terus bergulir kepadanya. Hidupnya nyaman-nyaman saja. Tidak ada sesuatu hal yang terjadi kepadanya. Hati-hati... mungkin hal tersebut adalah istidraj dari Allah. Yang nantinya dia akan diminta pertanggung jawaban atas keburukan yang di dunia dengan siksaan yang pedih di akhirat. Na'udzu billahi min dzalik. (Bersambung)