Saturday, August 30, 2025

hadis hasan dan dhaif (7)

 Bismillāhirrahmānirrahīm

Assalāmu‘alaikum warahmatullāhi wabarakātuh.
Ahlan wa sahlan, selamat datang kembali di channel saya. Pada kesempatan kali ini kita akan melanjutkan pembacaan Kitab Nawawiyah karya Dr. … (penyebutan penulis). Pembahasan kita sekarang masuk pada tema Hadis Āhād dan Hadis Mutawātir.


1. Hadis Sahih dan Syarat-Syaratnya

Sebelumnya sudah kita bahas bahwa sebuah hadis dapat disebut sahih apabila memenuhi lima syarat, yaitu:

  1. Ittishāl as-sanad – sanadnya bersambung.

  2. Rāwinya ‘adl – perawinya orang yang adil.

  3. Rāwinya ḍābiṭ – perawinya memiliki ketelitian.

  4. Tidak ada syādz – tidak bertentangan dengan riwayat yang lebih kuat.

  5. Tidak ada ‘illat – tidak terdapat cacat tersembunyi.

Hadis yang memenuhi lima kriteria ini disebut hadis sahih.


2. Pembagian Hadis Sahih

Hadis sahih terbagi menjadi dua macam:

  1. Hadis Āhād

  2. Hadis Mutawātir


3. Hadis Āhād

Hadis Āhād adalah hadis yang diriwayatkan oleh:

  • satu orang pada setiap tingkatan sanad, atau

  • dua orang, atau

  • tiga orang, atau bahkan empat orang.

Intinya, jumlah perawi pada setiap tingkatan sanad tidak sampai banyak sekali, melainkan terbatas.

Hukum Hadis Āhād:

  • Orang yang mengingkari hadis Āhād tidak sampai dihukumi kafir, tetapi bisa dihukumi fāsiq apabila yang diingkari adalah hadis sahih.

  • Hadis Āhād wajib diamalkan dalam masalah hukum syar‘i (al-ahkām asy-syar‘iyyah), meskipun tidak memberikan keyakinan mutlak (qat‘ī), melainkan hanya memberikan dugaan kuat (ẓann ghalib).

Dengan kata lain, hadis Āhād sah digunakan sebagai dalil hukum, walaupun tidak mencapai derajat mutawātir.


4. Hadis Mutawātir

Adapun hadis Mutawātir adalah hadis yang diriwayatkan oleh sejumlah orang yang sangat banyak pada setiap tingkatan sanad, mulai dari sahabat, tābi‘īn, hingga tābi‘ut-tābi‘īn, dengan jumlah yang mustahil secara akal mereka sepakat untuk berdusta.

Contohnya:

  • Pada tingkatan sahabat, hadis didengar oleh 70 orang.

  • Pada tingkatan tābi‘īn, diriwayatkan lagi oleh 80 orang.

  • Pada tingkatan tābi‘ut-tābi‘īn, diriwayatkan lagi oleh 90 orang.

Dengan jumlah sebesar itu, hadis tersebut sampai pada derajat Mutawātir.

Ciri Hadis Mutawātir:

  • Diriwayatkan oleh banyak orang pada tiap tingkatan.

  • Tidak ada kemungkinan mereka bersepakat untuk berdusta.

  • Sanadnya bersambung hingga kepada Rasulullah ﷺ.

Para ulama tidak menentukan angka pasti untuk “jumlah banyak” ini. Yang menjadi ukuran adalah: jumlah yang mustahil secara akal untuk sepakat berbohong.


5. Hukum Hadis Mutawātir

Hadis Mutawātir menghasilkan ilmu yaqīn (keyakinan pasti). Oleh karena itu, wajib diamalkan dan diyakini kandungannya.


6. Contoh Hadis Mutawātir

Salah satu contoh hadis Mutawātir adalah hadis tentang mukjizat Nabi Muhammad ﷺ ketika bulan terbelah menjadi dua (inshiqāqul-qamar).

Peristiwa ini disaksikan oleh banyak sahabat, kemudian mereka meriwayatkannya kepada tābi‘īn dalam jumlah yang juga banyak, dan seterusnya sampai ke generasi berikutnya. Karena jalurnya sangat banyak, hadis ini mencapai derajat Mutawātir.

Imam Ibn Kathīr dalam tafsirnya ketika menafsirkan surat Al-Qamar menyebutkan banyak riwayat tentang peristiwa ini. Dengan demikian, hadis terbelahnya bulan termasuk hadis Mutawātir.


Penutup

Demikian pembahasan tentang Hadis Āhād dan Hadis Mutawātir. Mudah-mudahan Allah ﷻ memberikan kepada kita ilmu yang bermanfaat dan penuh berkah.

Āmīn, Allāhumma Āmīn.
Semoga kita semua diberi kesehatan dan semangat dalam menuntut ilmu.

Wassalāmu‘alaikum warahmatullāhi wabarakātuh.

No comments: