Kuliah ulumul hadis 1
Memahami Definisi Hadis, Sunnah, Khabar, dan Atsar
Bismillahirrahmanirrahim. Alhamdulillahi rabbil ‘alamin, washshalatu wassalamu ‘ala Rasulillah wa ‘ala alihi wa shahbihi ajma’in.
Sering kali kita mendengar istilah hadis, baik dalam kajian agama maupun percakapan sehari-hari. Namun, tidak sedikit di antara kita yang belum memahami secara jelas apa sebenarnya definisi hadis, apa bedanya dengan sunnah, khabar, atsar, serta bagaimana perbedaan antara hadis Nabawi dan hadis Qudsi.
Dalam kesempatan ini, kita merujuk pada penjelasan Syekh Ramadhan al-Buthi dalam kitabnya fi al hadis al syarif wa al balaghah an anabawiyah, yang membahas secara sistematis persoalan ini.
Definisi Hadis
Secara bahasa Arab, kata hadis bermakna lawan dari qadim (sesuatu yang lama). Ia juga berarti ucapan atau perkataan manusia dalam percakapan sehari-hari.
Namun, dalam istilah ilmu hadis, hadis adalah:
Segala sesuatu yang disandarkan kepada Rasulullah ﷺ, baik berupa perkataan, perbuatan, ketetapan (persetujuan beliau terhadap suatu perbuatan sahabat), maupun sifat beliau.
Dengan demikian, hadis mencakup:
- Perkataan Nabi ﷺ (qaul)
- Perbuatan Nabi ﷺ (fi‘l)
- Ketetapan Nabi ﷺ terhadap sesuatu (taqrīr)
- Sifat fisik maupun akhlak Nabi ﷺ
Hadis dan Sunnah
Dalam istilah ilmu hadis, kata sunnah sering digunakan sebagai sinonim dari hadis. Keduanya sama-sama merujuk pada segala sesuatu yang bersumber dari Rasulullah ﷺ.
Meski demikian, sebagian ulama fikih memberikan penekanan berbeda pada istilah sunnah, sehingga dalam kajian fikih kadang ditemukan perbedaan detail. Namun secara umum, dalam ilmu hadis, hadis dan sunnah dianggap memiliki makna yang sama.
Hadis, Khabar, dan Atsar
Selain kata hadis dan sunnah, para ulama juga menggunakan istilah khabar dan atsar:
- Khabar: secara umum berarti berita. Kadang dipakai sebagai sinonim hadis. Namun sebagian ulama, terutama dari Khurasan, membedakan:
• Khabar digunakan untuk riwayat yang sampai kepada Nabi ﷺ (disebut marfu‘).
• Atsar digunakan untuk riwayat yang hanya sampai kepada sahabat atau tabi‘in (disebut mawquf).
- Atsar: kadang dipakai secara umum untuk semua riwayat, kadang pula khusus untuk perkataan atau perbuatan sahabat dan tabi‘in.
Hadis Nabawi dan Hadis Qudsi
Setelah memahami istilah di atas, penting pula membedakan antara hadis Nabawi dan hadis Qudsi:
1. Hadis Nabawi
Segala perkataan, perbuatan, ketetapan, dan sifat Nabi ﷺ. Kalimat dan maknanya berasal dari beliau, tidak disandarkan langsung kepada Allah.
2. Hadis Qudsi
Yaitu perkataan Nabi ﷺ yang beliau sandarkan kepada Allah ﷻ.
- Lafazhnya dari Nabi ﷺ.
- Maknanya berasal dari Allah ﷻ.
Jika lafazhnya berasal langsung dari Allah, maka itu adalah Al-Qur’an.
Contoh Hadis Qudsi (HR. Bukhari dari Abu Hurairah):
Allah ﷻ berfirman:
“Ada tiga golongan yang Aku musuhi pada hari kiamat:
1. Orang yang berjanji atas nama-Ku kemudian mengingkarinya.
2. Orang yang menjual orang merdeka lalu memakan hasil penjualannya.
3. Orang yang mempekerjakan pekerja, setelah pekerja itu menyelesaikan tugasnya namun tidak diberi upah.”
Kesimpulan
Dari uraian ini dapat disimpulkan:
1. Hadis secara bahasa berarti “baru” atau “perkataan”. Secara istilah, hadis mencakup perkataan, perbuatan, ketetapan, dan sifat Nabi ﷺ.
2. Sunnah dalam ilmu hadis memiliki makna yang sama dengan hadis.
3. Khabar dan atsar kadang dipakai sebagai sinonim hadis, namun dalam sebagian penggunaan dibedakan: khabar untuk riwayat sampai ke Nabi ﷺ, atsar untuk riwayat sahabat dan tabi‘in.
4. Hadis Nabawi adalah segala sesuatu dari Nabi ﷺ.
5. Hadis Qudsi adalah perkataan Nabi ﷺ yang beliau sandarkan kepada Allah, sedangkan Al-Qur’an adalah kalam Allah dengan lafaz dan makna dari-Nya langsung.
Semoga penjelasan ini membantu kita memahami lebih jelas istilah-istilah penting dalam ilmu hadis.
Wallahu a‘lam bish-shawab.
No comments:
Post a Comment