Kuliah ulumul hadis ke-3
Sejarah Penulisan Hadis pada Masa Tabi'in
Bismillahirrahmanirrahim.
Alhamdulillahi rabbil ‘alamin, washalatu wassalamu ‘ala sayyidina Muhammadin wa ‘ala alihi wa ashabihi ajma‘in. Amma ba‘du.
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kita nikmat, khususnya nikmat kesehatan, sehingga kita bisa melanjutkan kajian terhadap Kitab Fil Hadits Asy-Syarif al-Balaghah an-Nabawiyyah karya Syekh Dr. Muhammad Sa‘id Ramadhan al-Buthi.
Pada kesempatan kali ini kita akan mempelajari sejarah penulisan hadis, khususnya pada masa tabi‘in.
---
Siapa Itu Tabi‘in?
Tabi‘in adalah generasi yang berjumpa dengan para sahabat Nabi ﷺ, namun tidak sempat berjumpa langsung dengan Rasulullah ﷺ. Jadi, mereka mengambil ilmu dari sahabat, bukan dari Nabi ﷺ secara langsung.
---
Penulisan Hadis pada Masa Tabi‘in
Pada masa tabi‘in, penulisan hadis semakin meluas. Banyak tabi‘in terkenal yang menulis hadis Nabi ﷺ, di antaranya:
1. Al-Hasan al-Bashri
2. Asy-Sya‘bi
3. Sa‘id bin Jubair
4. Abdurrahman bin Hurmuz
5. Hammam bin Munabbih
Mereka dan yang lainnya banyak mengumpulkan hadis-hadis Rasulullah ﷺ. Namun, penulisan pada masa itu tidak hanya berisi hadis, tetapi juga bercampur dengan fatwa-fatwa para sahabat.
---
Peran Umar bin Abdul Aziz
Ketika kekhalifahan dipegang oleh Umar bin Abdul Aziz (yang sering disebut khalifah kelima), beliau memandang perlu untuk menjaga hadis agar tidak bercampur dengan pendapat sahabat.
Beliau mengirim surat kepada Abu Bakar bin Hazm, seorang ulama di Madinah, agar mengumpulkan hadis-hadis Rasulullah ﷺ secara murni, tidak bercampur dengan perkataan sahabat. Umar bin Abdul Aziz khawatir bila para ulama wafat, ilmu hadis ikut hilang.
Abu Bakar bin Hazm pun melaksanakan perintah ini. Namun, pekerjaan besarnya baru rampung setelah wafatnya Umar bin Abdul Aziz.
---
Munculnya Masalah Baru
Setelah itu, mulai tampak adanya perawi yang lemah hafalannya, salah dalam memahami, bahkan ada yang munafik. Dari sinilah muncul hadis-hadis yang dinisbatkan kepada Rasulullah ﷺ padahal bukan berasal dari beliau.
Melihat hal ini, para ulama ahli hadis merasa wajib menjaga kemurnian hadis. Mereka menyingkap keadaan para perawi: apakah hafalannya kuat, pemahamannya benar, atau justru ada niat buruk dalam dirinya. Dari sinilah lahir kaidah-kaidah ilmu hadis yang sangat detail dan ketat, agar hadis-hadis palsu tidak masuk ke dalam hadis Nabi ﷺ yang sahih.
---
Kodifikasi Hadis
Pada awalnya, hadis hanya ditulis di lembaran-lembaran secara acak, tanpa aturan dan tanpa bab. Bahkan masih bercampur dengan fatwa sahabat, sebagaimana tampak dalam Al-Muwaththa’ karya Imam Malik.
Namun kemudian, ulama berpandangan untuk memisahkan antara hadis Nabi ﷺ dengan pendapat sahabat. Maka pada abad kedua hingga awal abad ketiga Hijriah, muncullah karya-karya hadis yang lebih teratur, dengan metode penulisan berbeda-beda.
Dari sini lahir berbagai jenis kitab hadis, di antaranya:
- Musnad (Masanid): kitab yang menghimpun hadis berdasarkan perawi sahabat.
- Sunan: kitab hadis yang disusun berdasarkan bab fikih.
- Shahih: kitab yang khusus berisi hadis sahih.
- Ma‘ajim: kitab hadis yang disusun sesuai nama perawi atau urutan tertentu.
Kitab-kitab inilah yang menjadi rujukan utama dalam ilmu hadis.
---
Penutup
Demikian pengantar mengenai sejarah penulisan hadis, mulai dari masa tabi‘in hingga kodifikasi hadis. InsyaAllah pada pertemuan berikutnya kita akan membahas lebih rinci tentang jenis-jenis kitab hadis: Musnad, Sunan, Shahih, dan Ma‘ajim.
Wassalamu‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
No comments:
Post a Comment