Tuesday, September 9, 2025

Hikmah di Balik Setiap Hembusan Nafas

 Hikmah di Balik Setiap Hembusan Nafas: Memahami Qada dan Qadar

Setiap tarikan dan hembusan nafas manusia bukanlah sesuatu yang terjadi secara kebetulan. Dalam Islam, setiap nafas yang keluar dari tubuh kita telah ditetapkan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala. Selama masih ada rezeki berupa nafas, manusia akan terus hidup di dunia. Namun ketika jatah nafas itu habis sesuai dengan ketetapan Allah, maka saat itulah seseorang dipanggil untuk kembali kepada-Nya.


Kesadaran ini mengajarkan bahwa setiap nafas adalah qadar, sebuah ketetapan Allah yang tidak mungkin tertukar.

Memahami Qada dan Qadar


Dalam kajian para ulama, ada dua istilah penting: qada dan qadar.

- Qada adalah ilmu Allah tentang sesuatu yang akan terjadi di masa depan.

- Qadar adalah terwujudnya peristiwa tersebut di dunia sesuai dengan ilmu Allah.


Dengan kata lain, qada adalah pengetahuan Allah, sedangkan qadar adalah realisasi dari pengetahuan itu. Penting untuk dipahami bahwa ilmu Allah tidak berarti paksaan. Allah mengetahui segala sesuatu, tetapi manusia tetap diberi ikhtiar untuk memilih jalan hidupnya.

Ilmu Allah Tidak Memaksa Manusia


Banyak orang bertanya, apakah ketika kita berbuat baik atau berbuat dosa, itu artinya kita dipaksa oleh Allah? Jawabannya: tidak. Ilmu Allah tidak memaksa manusia. Manusia tetap memiliki pilihan.


Sebuah perumpamaan sederhana: seorang ayah mengetahui bahwa anaknya tidak akan lulus ujian karena malas belajar. Ketika anak itu benar-benar tidak lulus, apakah berarti sang ayah yang membuatnya gagal? Tidak. Pengetahuan ayah hanya menyingkap apa yang memang akan terjadi, bukan memaksakan. Begitu pula dengan ilmu Allah.


Allah mengetahui segala sesuatu, tetapi keputusan untuk taat atau bermaksiat ada di tangan manusia. Karena itu, pahala dan dosa tetap menjadi tanggung jawab manusia.

Tentang Jodoh, Rezeki, dan Hidup Manusia


Dalam hadis disebutkan bahwa sejak manusia masih berada di dalam kandungan, Allah telah menetapkan rezekinya, jodohnya, amal perbuatannya, hingga apakah ia termasuk orang yang bahagia atau sengsara. Namun sekali lagi, pengetahuan Allah ini tidak berarti paksaan. Semua manusia tetap diberi ikhtiar.


Ketika seseorang memilih jalan ketaatan, itulah pilihannya. Jika memilih jalan maksiat, itu pun pilihannya. Allah hanya mengetahui dan menetapkan dalam ilmu-Nya, sementara manusia bertanggung jawab atas keputusan yang diambilnya.

Pengetahuan Allah vs Pengetahuan Manusia


Perbedaan besar antara manusia dan Allah adalah pada pengetahuan. Manusia hanya menebak masa depan, sedangkan Allah sudah mengetahui sejak awal penciptaan hingga akhir kehidupan. Allah tidak terikat oleh waktu, sebab Dialah yang menciptakan waktu.


Oleh karena itu, manusia seharusnya hidup dengan kepasrahan. Kita berusaha sebaik mungkin, namun hasilnya kita serahkan sepenuhnya kepada Allah. Jika hasil sesuai harapan, itu rezeki. Jika berbeda, pasti ada hikmah yang Allah siapkan.

Belajar Pasrah Lewat Kehidupan Sehari-hari


Sering kali kita pasrah kepada hal-hal duniawi. Misalnya ketika naik pesawat, kita tidak mengenal pilotnya, tidak tahu jam terbangnya, tapi kita percaya ia akan membawa kita ke tujuan. Kalau kepada manusia saja kita bisa pasrah, seharusnya kepada Allah—Sang Pengatur seluruh alam—kita lebih yakin lagi.


Sayangnya, ada sebagian orang yang tidak mampu pasrah kepada Allah hingga berujung pada stres bahkan bunuh diri. Kasus-kasus seperti ini banyak terjadi di negara-negara modern yang minim nilai spiritual. Berbeda dengan orang beriman, yang yakin bahwa hidup dan mati ada dalam genggaman Allah, sehingga ia bisa lebih tenang menghadapi cobaan.

Menyikapi Takdir dengan Lapang Dada


Meyakini qada dan qadar seharusnya menjauhkan kita dari iri hati. Rezeki setiap orang sudah ditetapkan. Tidak mungkin tertukar. Kalau ada orang lain mendapat nikmat lebih, kita boleh berharap mendapatkan hal serupa tanpa menginginkan nikmat itu hilang dari mereka. Itulah yang disebut ghibthah, berbeda dengan hasad yang merusak hati.


Kadang justru dengan keterbatasan, Allah menjaga kita dari kesibukan dunia yang bisa melalaikan ibadah. Misalnya, jika menjadi miliarder mungkin kita terlalu sibuk bisnis hingga tidak sempat salat berjamaah atau hadir di majelis ilmu. Maka, apa pun keadaan kita, yakinlah itulah yang terbaik menurut Allah.

Penutup


Setiap nafas yang keluar dan masuk dalam hidup kita adalah bagian dari qadar Allah. Tidak ada satu pun yang luput dari ilmu-Nya, baik peristiwa yang disebabkan oleh manusia maupun yang terjadi di luar kendali manusia.


Kesadaran ini mengajarkan kita untuk:

1. Berusaha dengan sungguh-sungguh (ikhtiar).

2. Pasrahkan hasil kepada Allah.

3. Hidup dengan hati yang ridha, tidak iri dan tidak kecewa dengan takdir.


Akhirnya, yang terpenting adalah kembali kepada Allah dengan hati yang bersih: illa man atallaha biqalbin salim—kecuali orang yang datang kepada Allah dengan hati yang selamat.

No comments: