Memaknai Maulid Nabi Muhammad SAW: Cahaya, Rahmat, dan Teladan
- Syaikh Ali Muhammad 'Abdul Wahhab (Mesir)
Setiap tahun, umat Islam di berbagai belahan dunia berkumpul untuk memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW. Peringatan ini bukan sekadar seremonial, melainkan momentum untuk merenungkan kembali betapa agungnya sosok Rasulullah SAW sebagai rahmat bagi seluruh alam. Allah SWT sendiri menegaskan dalam Al-Qur’an:
“Dan tidaklah Kami mengutus engkau (Muhammad), melainkan sebagai rahmat bagi seluruh alam.” (QS. Al-Anbiya: 107)
Rahmat yang dibawa Nabi Muhammad SAW tidak terbatas hanya bagi manusia, tetapi juga bagi seluruh makhluk, termasuk hewan, tumbuhan, bahkan benda mati. Diriwayatkan bahwa batang pohon kurma pernah menangis rindu kepada Nabi, dan seekor unta yang diperlakukan buruk oleh pemiliknya pun mengadu kepada beliau.
## Nabi sebagai Cahaya dan Rahmat
Nabi Muhammad SAW digambarkan Allah sebagai cahaya (nur) yang menerangi manusia dengan petunjuk dan hidayah. Cahaya ini tidak hanya bermakna simbolik, tetapi juga nyata. Ibunda beliau, Aminah RA, menuturkan bahwa saat melahirkan Rasulullah, keluar cahaya terang yang menyinari hingga istana-istana di negeri Syam.
Beliau adalah Nabi Rahmah, Nabi Hidayah, dan Nabi Nur—pembawa kasih sayang, petunjuk, dan cahaya bagi umat manusia.
## Barokah Kehadiran Rasulullah
Kehadiran Rasulullah SAW membawa keberkahan luar biasa. Hal ini dialami langsung oleh Halimah As-Sa’diyah, ibu susu beliau. Sebelum menyusui Nabi, air susunya kering. Namun, setelah menyusui Rasulullah, air susunya menjadi penuh hingga cukup untuk anaknya sendiri. Malam itu, mereka sekeluarga bisa tidur nyenyak karena semua bayi kenyang.
Kisah ini menunjukkan bahwa sejak kecil, Nabi Muhammad SAW telah membawa berkah bagi siapa pun yang dekat dengannya.
## Keistimewaan Nabi Muhammad SAW
Beberapa keistimewaan Rasulullah SAW yang membedakan beliau dengan para nabi lain, antara lain:
1. **Lahir dalam keadaan yatim.** Nabi Muhammad SAW tidak diasuh oleh ayahnya, melainkan langsung dalam asuhan Allah SWT. Beliau bersabda: “Tuhanku yang mendidikku, maka Dia memperindah pendidikanku.”
2. **Namanya diberikan langsung oleh Allah SWT.** Jika pada masa jahiliah nama-nama seperti Abdul Lata atau Abdul Uzza biasa digunakan, maka Allah menamakan Rasul-Nya dengan nama Muhammad, yang berarti “orang yang terpuji.” Beliau terpuji di bumi dan di langit.
3. **Namanya disandingkan dengan nama Allah.** Dalam syahadat, tidak sah seseorang hanya menyebut “Asyhadu alla ilaha illallah” tanpa melanjutkan “wa asyhadu anna Muhammadar rasulullah.” Bahkan dalam azan, nama beliau selalu bergandengan dengan nama Allah.
## Perintah Berselawat kepada Nabi
Keagungan Rasulullah SAW semakin nyata ketika Allah memerintahkan umat Islam untuk memperbanyak selawat. Allah SWT berfirman:
“Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya berselawat kepada Nabi. Wahai orang-orang yang beriman, berselawatlah kalian kepadanya dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.” (QS. Al-Ahzab: 56)
Selawat dari Allah adalah rahmat, sedangkan selawat dari para malaikat adalah doa ampunan. Maka, umat Islam dianjurkan untuk memperbanyak selawat kepada Rasulullah SAW sebagai bentuk cinta dan pengagungan.
## Nabi sebagai Teladan (Uswah Hasanah)
Lebih dari sekadar dirayakan, Maulid Nabi seharusnya menjadi momentum untuk meneladani akhlak beliau. Rasulullah SAW dikenal dengan julukan Al-Amin (yang terpercaya) bahkan sebelum diangkat menjadi nabi.
Akhlak mulia Rasulullah tercermin dalam sabdanya: “Tidak beriman, tidak beriman, tidak beriman seseorang yang tetangganya tidak aman dari gangguannya.” Hal ini menunjukkan pentingnya menjaga hak-hak tetangga.
Di rumah, Rasulullah SAW juga menjadi teladan. Aisyah RA meriwayatkan bahwa beliau membantu pekerjaan keluarganya, memperbaiki sandalnya, menambal pakaiannya, bahkan memerah susu kambingnya sendiri. Meski seorang nabi dan rasul, beliau tidak pernah menyombongkan diri di hadapan keluarga.
## Hakikat Merayakan Maulid
Merayakan Maulid Nabi bukan hanya dengan berkumpul, berdoa, dan berselawat, tetapi juga dengan berusaha meneladani akhlak beliau. Perayaan sejati adalah dengan menanamkan sifat jujur, amanah, kasih sayang, serta kepedulian terhadap sesama.
Nabi Muhammad SAW adalah rahmat, cahaya, teladan, sekaligus anugerah terbesar bagi umat manusia. Maka, mencintai beliau berarti mengikuti ajarannya dan menebarkan rahmat bagi sesama.
No comments:
Post a Comment